Flowers in the Attic is a film that tells the story of the Dollanganger family, once a wealthy family living in Pennsylvania. After the father, Christopher Dollanganger Sr., dies in a car accident, the family faces financial difficulties and moves to the grandparents’ house. Upon arriving, the four children, Chris, Cathy, Cory, and Carrie, are locked in the attic and forbidden from leaving. The film follows the children’s struggle to survive and escape their captivity.
The film, directed by Deborah Chow, was released in 2014 and falls under the drama, horror, and mystery genres. The cast includes Heather Graham as Corrine, Ellen Burstyn as Olivia, Kiernan Shipka as Cathy, and Mason Dye as Christopher.
Sinopsis
Keluarga Dollanganger hidup sebagai keluarga kaya raya di Pennsylvania. Namun, hidup mereka berubah setelah sang ayah, Christopher Dollanganger Sr., meninggal dalam kecelakaan mobil. Mereka pindah ke rumah nenek yang tidak ramah di mana mereka terkurung di loteng rumah. Keempat anak, Chris, Cathy, Cory, dan Carrie, dipaksa untuk tinggal di loteng dan tidak boleh keluar dari sana. Para anak berjuang untuk bertahan hidup dan melarikan diri dari penjara mereka.
Film ini digarap oleh Deborah Chow dan rilis pada tahun 2014. Film ini bergenre drama, horor, dan misteri. Para pemainnya antara lain Heather Graham sebagai Corrine, Ellen Burstyn sebagai Olivia, Kiernan Shipka sebagai Cathy, dan Mason Dye sebagai Christopher.
The Beginning
Christopher Dollanganger Sr. adalah seorang pebisnis yang sukses. Dia menikahi Corrine, seorang sosialita, dan mereka memiliki empat anak. Chris yang berusia 14 tahun merupakan anak tertua, diikuti oleh Cathy yang berusia 12 tahun dan si kembar Cory dan Carrie yang berusia 5 tahun.
Suatu hari, polisi datang ke rumah keluarga Dollanganger untuk memberitahu bahwa Christopher telah meninggal karena kecelakaan mobil. Kehilangan Christopher membuat keluarga Dollanganger mengalami kesulitan finansial, terlebih setelah diketahui bahwa Christopher memiliki utang yang belum dibayar.
Empat bulan kemudian, Corrine membawa keluarganya untuk tinggal di rumah orang tuanya. Namun, saat tiba di sana, mereka dijebak di loteng rumah oleh nenek mereka, Olivia. Olivia hanya memberikan satu kamar tidur yang berisi empat ranjang. Anak-anak tidak boleh keluar dari loteng dan akan mendapat hukuman jika melanggar aturan.
The Plot Thickens
Corrine berusaha untuk meluluhkan hati ayahnya, Malcolm, tetapi ternyata itu sangat sulit. Corrine mengalami kesulitan dalam hubungannya dengan Malcolm, sehingga mengabaikan anak-anaknya.
Chris dan Cathy mulai memasuki usia puber dan mulai merasa tertarik satu sama lain. Saat Olivia menyaksikan mereka berciuman, dia sangat marah dan memutuskan untuk memotong rambut Cathy sebagai hukuman. Chris, yang tidak terima dengan perlakuan Olivia, menolak untuk memotong rambut Cathy.
Olivia mengancam akan membiarkan Chris dan Cathy kelaparan jika tidak memotong rambut Cathy. Chris dan Cathy memilih untuk hanya minum air selama seminggu daripada memotong rambut Cathy. Mereka berdua hanya diberi makanan yang sedikit untuk bertahan hidup.
Ketika Cory meninggal, Chris dan Cathy menyadari bahwa sang ibu telah menelantarkan mereka. Mereka berdua merencanakan untuk kabur dan mencuri uang ibunya untuk membantu mereka bertahan hidup di luar loteng.
Conclusion
Flowers in the Attic is a film that explores the dark and taboo themes of incest and child abuse. Although it is set in the 1950s, it remains relevant to modern society, where child abuse and neglect continue to be pressing issues.
The film’s cast delivers strong performances, especially the younger actors who convey the disturbing reality of their characters’ captivity and abuse. The film also features beautiful cinematography and a haunting soundtrack that complements the story.
In summary, Flowers in the Attic is not for the faint of heart, but those who can handle its darker themes will find a compelling and thought-provoking film.